BEST PRACTIKE GURU
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-4513093218057749"
crossorigin="anonymous"></script>
|
|
|
|
BEST PRACTICE GURU
DALAM TUGAS PEMBELAJARAN DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH
JUDUL:
’’PENERAPAN BERCERITA SETELAH KEGIATAN LITERASI UNTUK MERANGSANG KERJA OTAK SISWA MENGATASI LEARNING LOSS”
“Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan”.
Oleh:
TORINE RAMBU BABA AMA, S.Pd., Gr
YAYASAN PERSEKOLAHAN MASEHI DI SUMBA
SMP KRISTEN MBARAMBANJA
Jln. Lintas Mamboro- Wee luri KM 20.Wee luri-Sumba Tengah , 87258
Email: smp.kristenmbarambanja@gmail.com
LEMBAR PENGESAHAN
Best Prestice yang berjudul “Penerapan Bercerita setelah Kegiatan Litarasi untuk Merangsang Kerja Otak Mengatasi Learning Loss” mewujutkan Tema Bergerak dengan Hati Pulihkan Negeri :
Nama : Torine Rambu Baba Ama, S.Pd., Gr
NIP : 1987081020140320113
Tempat & Tgl. Lahir : Manukaka, 10 Agustus 1987
Pangkat, Golru : Penata / III C
Jabatan : Wakasek/ Guru Bahasa Indonesia kelas VIII
Unit Kerja : SMP Kristen Mbarambanja – Sumba Tengah -NTT
Telah disetujui dan disahkan, bahwa Best Prestice ini adalah benar-benar dokumen nyata Sekolah Menengah Pertama Kristen Mbarambanja
Ditetapkan di : Wee Luri
Pada Tanggal : 17 November 2021
Menyetujui, Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Kepala SMP Kristen Mbarambanja
Raga Kabupaten Sumba Tengah
BERNARDUS B. GELA,S.IP.,M.Ap YOSEF BILI BORA, S.Pd
Pembina Utama Muda VI c NIP: 197906262010011027
NIP. 196807041997031009
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa dengan mengijinkan penulis untuk menyelesaikan karya tulis dalam bentuk Best Practice dengan judul “Penerapan Bercerita setelah Kegiatan Litarasi untuk Merangsang Kerja Otak Mengatasi Learning Loss” mewujutkan Tema Bergerak dengan Hati Pulihkan Negeri di SMP Kristen Mbarambanja Sumba Tengah NTT.
Dalam pelaksanaan penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan motivasi, dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam upaya penyelesaian karya tulis ini. Oleh karena itu kami menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada :
1. Kepala SMP Kristen Mbarambanja
2. Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP Kristen Mbarambanja
3. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Tengah
4. Pengawas Pembina Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Tengah
5. Kepala Perakilan YAPMAS Kabupaten Sumba Tengah
6. Komite SMP Kristen Mbarambanja
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan Rahmat-Nya kepada kita semua yang senantiasa bekerja keras untuk memajukan pendidikan khususnya di SMP Kristen Mbarambanja, untuk mewujudkan kompetensi lulusan yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani, berilmu berwawasan luas, cakap, kreatif, mandiri, peduli pada sesama dan lingkungan serta menjadi manusia yang bertanggungjawab.
Kami menyadari bahwa kurikulum ini masih jauh dari sempurna, Kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak demi penyempurnaan best practik di SMP Kristen Mbarambanja.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru bagi penulis merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan hingga setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Waikabubak melanjutkan ke perguruan tinggi tahun UNDANA FKIP jurusan PBS/Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. Tahun 2011 penulis mulai menjadi GTT di SMA Kristen Waibakul Mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dan mengampu ekstrakurikuler teater, puisi dan Karya Ilmiah Remaja(KIR).
Tahun 2013 penulis lolos dalam seleksi CPNS. Pertengahan tahun 2014 penulis menerima SK PNS, dan ditempatkan di SMP Negeri Satap Kambera Laja. Tahun 2018 penulis dimutasi ke SMP Kristen Mbarambanja, di SMP ini saya mulai bertumbuh, hingga menghasilkan siswa berperestasi yang dapat bersaing di tingkat nasional. Tahun 2018 saya mendapingi siswa yang berhasil lolos kegiatan OLSN tingkat nasional dalam bidang cipta Puisi dan berdebat. Saya membawa anak anak yang berasal dari kampung untuk dapat berkompetisi di tingkat nasional. Tahun 2019 saya berhasil mendampingi siswa dalam bidang lomba berpantun sehingga anak dapat berkompetisi dengan siswa lain di Jakarta. Pada tahun yang saya 2018/2019 saya lulus UKG dan mengikuti Program Profesi Guru( PPG) dan sekarang saya adalah guru bersertifikat pendidik. Selain mengajar, di sekolah penulis membimbing pembuatan majalah sekolah, membimbing lomba bidang sastra dan membimbing siswa dalam penulisan karya tulis ilmiah, serta menggalakkan kegiatan Literasi sekolah.
Melanjutkan PPG dan mengikuti kegiatan diklat lainnya, bukan berarti penulis melalaikan kewajiban sebagai ibu dan istri. Penulis tetap mengurus keperluan keluarga dengan baik dan tanggung-jawab. Penulis juga tetap melaksanakan Tupoksi sebagai pendidik. Di sela-sela proses pembelajaran, penulis tetap lengkap membuat perangkat pembelajaran di awal semester, mengajar, melakukan evaluasi dan analisis hasil pembelajaran. Penulis juga terbuka membantu teman-teman guru dalam menyusun perangkat pembelajaran, melakukan penilaian, memahami strategi pembelajaran, dan membuat Best Practic ataupun PTK. Penulis juga mencoba melakukan penelitian untuk meningkatkan kreatifitas, daya pikir dalam mengatasi learnig loss setelah pandemi covid 19 sekaligus meningkatkan hasil balajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia .
Berawal dari sikap peserta didik dan guru yang merasa kesulitan ketika guru bertanya dalam pebelajaran. Penulis sering mendengar banyak pernyataan dari guru lain yang kesulitan karena anak-anak sulit menjawab pertanyaan dari guru karena learning loss akibat covid 19. Sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia saya bertanggung jawab untuk dapat menciptakan peserta didik atau siswa yang dapat meningkatkan kompetensinya setelah covid 19 dengan merang.
Di tengah perkembangan iptek yang sangat cepat, pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan mengambil peran yang lebih dari sekedar mengajar dan mengelola pendidikan, tetapi juga mengubah pola belajar anak ke arah Merdeka Belajar dan internalisasi nilai- nilai Pelajar Pancasila. Merebaknya pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik dan tenaga kependidikan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang komunikatif, kolaboratif, kreatif, dan kritis.
Tiada kata terlambat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia termasuk dalam merangsang kemali kerja otak anak. Untuk itu penulis dalam best practice ini mencoba menyampaikan pengalaman sederhana tetapi sangat menarik dilengkapi dengan pemecahan masalah, ’’Penerapan Bercerita setelah kegiatan Literasi untuk Merangsang Kerja Otak Siswa Mengatasi Learning Loss ” mewujutkan tema Bergerak dengan Hati Pulihkan Negeri.
SMP Kristen Mbarambanja sebagai tempat penulis mengabdi sebagai guru tidak memiliki ekskul jurnalistik. Hal itu tidak berarti harus menutup pintu untuk menenujukan sikab sekolah dalam meningkatkan kompetensi siswa. Sebab secara substansi juga diajarkan dalam setiap mata pelajaran, baik bahasa Indonesia, maupun bahasa Inggris. Maupun pelajaran lain untuk mampu mengungkapkan ide dalam sebuah pembelajaran. Yang terpenting, adakah kemauan sekolah untuk mengembangkan sikab anak dalam mencapai kompetenasi siswa. Tentunya kemauan ini tidak hanya dari guru bahasa Indonesia saja, tetapi harus didukung berbagai komponen sekolah, mulai dari kepala sekolah, seluruh guru, karyawan, komite sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.
B. Pendekatan Penyelesaian Masalah
Pemecahan masalah harus disesuaikan dengan pokok penyebab permasalahan sehingga benar-benar efektif. Permasalahan utama yang menjadi pemikiran penulis adalah kurangnya kemampuan peserta didik Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis menerapkan“Teknik bercerita setelah kegiatan literasi untuk merangsang kerja otak dalam mengatasi learning loss”
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah dan pendekatan penyelesaian masalah yang sudah diuraikan di atas maka, tujuannya sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui teknik bercerita setelah kegiatan literasi.
2. Untuk mengetahui cara merangsang kerja otak siswa setelah Merebaknya pandemi Covid-19
D. Manfaat
1) Secara Teoritis:
a. Bagi peserta didik dapat memahami teknik dalam hal memperoduksi cerita dari hasil bacaan
b. Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh pada pembelajaran di kelas.
2) Secara Praktis
Dapat menjadi alat penyampaian informasi dan wawasan tentang berita dan media berita sekaligus dalam mempromosikan sekolah pada masyarakat pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
Pembahasan suatu masalah akan lebih tepat dan akurat apabila dilandasi oleh beberapa teori yang terkait dengan pokok permasalahan. Permasalahan yang akan dibahas untuk dicari pemecahannya dalam tulisan ini adalah masalah pembelajaran, teknik bercerita, merangsang kerja otak siswa. Berikut ini dipaparkan teori yang terkait dengan masalah tersebut.
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57). Menurut Tarigan dan Akhlan (1996: 4) pembelajaran adalah proses belajar. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam memahami materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan istilah proses belajar, kegiatan belajar, atau pengalaman belajar. Pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
Akhlan Husein dan Rahman (1996: 3) berpendapat bahwa pembelajaran mengandung pengertian sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Makhluk hidup yang di maksud adalah siswa, yaitu warga belajar yang mempunyai tugas belajar.
Oemar Hamalik (2003: 57) juga mengemukakan ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu: 1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; 2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; dan 3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tarigan dan Akhlan (1996: 13-14) menambahkan, ciri-ciri atau kriteria pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut: 1) pembelajaran bahasa Indonesia harus memiliki pijakan tertentu sebagai dasar pengembangannya, misalnya pelajaran yang lalu, pengalaman siswa, atau peristiwa-peristiwa penting; 2) pembelajaran bahasa Indonesia harus meningkatkan keterampilan berbahasa siswa; 3) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kreativitas daya pikir dan daya nalar siswa; 4) pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya bervariasi; 5) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kepekaan siswa terhadap keindahan bahasa dan ragam atau variasi bahasa Indonesia; 6) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan interaksi siswa-guru-siswa; 7) pembelajaran bahasa Indonesia memungkinkan siswa mengalami berbagai kegiatan berbahasa yang sesuai dengan situasinya; 8) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia; dan 9) hasil pembelajaran dapat dinilai.
Gino, dkk (1995: 30) menyatakan istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran” yang berarti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, belajar mengajar menunjuk pada proses interaksi guru dan siswa pada saat proses pembelajaran, atau dengan kata lain belajar mengajar sebagai proses terjadi manakala terdapat interaksi antara guru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar.
Dari pernyataan di atas, proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen, seperti guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi.
Ada 3 ciri-ciri yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:
a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b. Saling ketergantungan (independence) antara komponen pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan, yang bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. Salah satu komponen yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar yakni tujuan, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar.
Bloom (dalam Waluyo, 2002: 162-167) membagi tujuan belajar menjadi tiga, yaitu:
1) Kawasan Kemampuan Kognitif. Kemampuan kognitif meliputi lima tingkatan, yaitu:
a) Pengetahuan, yang meliputi: pengetahuan akan hal khusus, kejadian khusus, tentang cara dan alat, arah dan urutan, penggolongan dan kategori, kriteria, metodologi, serta pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi.
b) Pemahaman, yang meliputi: terjemahan, penafsiran, dan perhitungan atau ramalan.
c) Analisis, yang meliputi: analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsi-prinsip organisasional.
d) Sintesis, yang meliputi: hasil komunikasi, hasil dari rencana atau rangkaian kegiatan yang diusulkan, dan asal mula dari rangkaian hubungan abstrak.
e) Evaluasi, yang meliputi: pertimbangan mengenai kejadian internal, dan pertimbangan mengenai kriteria eksternal.
2) Kawasan Kemampuan Afektif. Kemampuan afektif meliputi lima
tingkatan, yaitu:
a) Menerima, menyangkut minat siswa terhadap sesuatu, misalnya menerima pelajaran apresiasi puisi yang ditandai dengan minat atau perhatian positif yang dimiliki siswa terhadap apresiasi puisi.
b) Responding, artinya ikut berpartisipasi secara aktif dalam suatu kegiatan, misalnya dalam kegiatan apresiasi puisi.
c) Menaruh penghargaan, pada tingkat ini siswa mampu memberikan penilaian terhadap puisi yang akan atau sudah dibacakan.
d) Mengorganisasikan sistem nilai. Nilai-nilai dalam diri seseorang bersifat kompleks dan saling terkait, sehingga menjadi suatu sistem nilai.
e) Mengadakan karakterisasi nilai. Kemampuan tertinggi dalam kawasan afektif yaitu mengkarakterisasikan nilai-nilai, maksudnya nilai-nilai itu sudah menjadi karakterisasi yang siap untuk menjadi tingkah laku seseorang.
3) Kawasan Kemampuan Psikomotorik. Kemampuan psikomotorik meliputi lima tingkatan, yaitu:
a) Persepsi, yaitu proses kesadaran akan perubahan setelah keaktifan alat indra. Persepsi meliputi: stimulasi, menyentuh bentuk sesuatu, merasakan sesuatu, membau dan memegang, serta mendiskriminasi tanda-tanda.
b) Kesiapan, yaitu kemampuan membedakan persepsi yang masuk. Kesiapan meliputi: kesiapan mental, fisik, dan emosional.
c) Respon terpimpin, yaitu kemampuan mencatat dan membuat laporan. Respon terpimpin meliputi: imitasi, trial and error, mengikuti, serta mengadakan eksperimen.
d) Mekanisme, yaitu penggunaan skill dalam aktivitas kompleks. Mekanisme meliputi: memilih, merencanakan, melatih, serta merangkaikan.
e) Respon yang kompleks, yaitu penggunaan skill berdasarkan pengalaman. Respon yang kompleks meliputi: adaptasi, penggunaan skill untuk profesi, serta melaporkan atau menjelaskan.
Selain komponen dan ciri-ciri yang terdapat dalam pembelajaran, ada juga beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Gino, dkk. (1995: 36-39) mengungkapkan bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran telah tercapai. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Minat Belajar
Minat artinya kecenderungan yang agak menetap, di mana si subjek merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. Untuk menarik minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, hendaknya guru memilih media dan metode pembelajaran yang sekiranya menarik bagi siswa, misalnya dengan mengajak siswa untuk belajar di lapangan atau di luar kelas.
2) Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran, guru dapat menempuh jalan sebagai berikut:
a) Menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang, misalnya dengan jalan mengadakan penelitian, penyelidikan, percobaan, membuat sesuatu, dan kegiatan yang lain yang sekiranya dapat memotivasi siswa.
b) Membantu siswa yang kurang pandai dalam pelajaran, mendorongnya agar bisa lebih maju dan mau berusaha untuk bisa mengikuti perkembangan teman-temannya yang lain yang memiliki pemahaman lebih. Bagi siswa yang sudah dapat mengikuti pelajaran dengan baik, guru harus bisa memotivasinya agar mau berusaha untuk lebih baik lagi dan mau membantu temannya yang masih kurang mampu dalam pelajaran.
3) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa, dan harus sesuai dengan karakteristik siswa agar diminati oleh siswa.
4) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media dalam belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya media cetak (buku-buku, surat kabar, majalah, brosur) dan media elektronik (radio, televisi, komputer, tape recorder, dan lain-lain). Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta menarik minat, perhatian, dan motivasi siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran.
5) Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran adalah:
a) Suasana kekeluargaan yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang lancar antara guru dan siswa, sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Dengan terjalinnya hubungan akrab, maka siswa akan berani untuk mengungkapkan pendapatnya dalam suatu kegiatan pembelajaran.
b) Suasana sekolah yang nyaman, tenang, serta menyenangkan untuk melaksanakan pembelajaran.
c) Kelas diatur secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa yang belajar, sehingga suasana bebas tetapi tetap disertai pengawasan dari guru.
d) Jumlah siswa di dalam kelas tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan bagi guru untuk memberikan perhatian yang cukup dan merata pada seluruh siswa.
e) Siswa belajar secara bervariasi, misalnya dengan berdiskusi, discovery, mengadakan eksperimen, atau dengan mengadakan study tour untuk menghindari kejenuhan dalam belajar.
6) Kondisi Siswa yang Belajar
Kondisi siswa adalah keadaan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya keadaan fisik, melainkan juga keadaan psikis siswa. Apabila siswa sedang sakit, maka secara otomatis siswa tidak dapat mengikuti pelajaran secara maksimal. Begitu pula jika siswa sedang dalam keadaan tertekan, atau sedang mempunyai masalah, siswa juga tidak dapat belajar dengan baik.
7) Kemampuan Guru
Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas, serta mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru harus menyampaikan materi dengan cara tepat dan tidak membosankan, namun tidak terkesan menggurui. Selain itu, dalam menyampaikan materi, guru harus bisa memilih metode dan cara yang tepat agar dapat menarik siswa untuk mengikuti pelajaran. Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan memberikan perhatian yang merata kepada seluruh siswa yang ada di kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun yang ada di belakang. Guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
8) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pada siswa. Selama ini metode yang biasa digunakan guru dalam mengajar adalah metode ceramah dan tanya jawab. Dalam penerapan metode tersebut, gurulah yang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Namun, metode tersebut sekarang ini dirasakan tidak lagi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yang menuntut keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama pada hakikatnya adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
2. Hakikat Literasi
Sebagai sebuah budaya, literasi bermula dari kemampuan yang terdapat pada tiap individu dalam suatu komunitas, seperti seorang siswa dalam suatu sekolah. Siswa yang literat akan memiliki kesenangan atau kegemaran terhadap aktivitas baca-tulis, sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangan melalui pembiasaan, pengembangan, ataupun pembelajaran, kemampuan tersebut akan menjadi kebiasaan yang memola (membentuk suatu pola). Kemampuan literat antara satu individu dan individu lain berkembang, sehingga bukan lagi sekadar kemampuan tunggal, melainkan kemampuan masyarakat, komunitas, atau warga sekolah. Oleh karena itu, budaya literat adalah sesuatu yang lebih luas dan yang lebih penting daripada sekadar keterampilan teknis membaca dan menulis yang bersifat individual. Budaya literat mencakupi kemampuan, minat, kegemaran, kebiasaan, kebutuhan seluruh individu dalam berliterasi yang memola dan yang mengakar kuat dalam komunitas sekolah tersebut. Sekolah sebagai pusat kebudayaan merepresentasikan sebuah miniatur masyarakat. Hal ini berarti bahwa sebuah sekolah akan memiliki nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, sikap atau tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah, sehingga membentuk sebuah sistem sekolah. Sifat-sifat atau karakteristik itu merupakan akumulasi pengalaman, pengamatan, dan penghayatan seluruh warga sekolah sejak sekolah tersebut berdiri. Namun, secara umum, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa literasi belum menjadi budaya dalam kehidupan di sekolah. Salah satu penyebab adalah belum ada panduan literasi sekolah yang aplikatif, yang dapat menjadi acuan dalam implementasi literasi di sekolah. Untuk itu, buku panduan ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam memicu dan memacu gerakan literasi sekolah secara masif, terstruktur, dan berkesinambungan.
3). Prinsip Bertanya
Inquiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan pertanyaan yang dapat dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. Selama pembelajaran inquiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Oleh karena itu peran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran inquiri adalah sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4). Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how you think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
d. Prinsip Keterbukaan
Inquiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat.
e. Tugas Guru dan Murid dalam Metode Inquiri
Metode inquiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004). Inquiri melibat komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis mereka. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Peran utama seorang guru dalam proses pembelajaran inquiri menutrut Gulo, 2002) adalah :
1) Motivator. Memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
2) Fasilitator. Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
3) Penanya. Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
4) Aministrator. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.
5) Pengarah. Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
6) Manajer. Mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7) Rewarder. Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka pening katan semangat inquiri pada siswa
f. Kelebihan Inquiri
1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir.
2) Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan seluas-luasnya.
3) Dapat melatih peserta didik untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
4. Teknik bercerita
Bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.
bercerita merupakan salah satu ketarmpilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena berbicara termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperolehnya.
5. Merangsang Kerja Otak anak
Sejatinya setiap anak terlahir memiliki kreativitas yang tiada batas. Akan tetapi perlu adanya pengasuhan dan bimbingan yang tepat agar kreativitas dapat diberdayakan secara optimal dan maksimal. Dalam hal ini, peran orang tua begitu penting didalam mengembangkan potensi kreatif anak. Biasanya hal-hal tersebut ditunjukan dari rasa ingin tahunya yang besar. Banyak pertanyaan yang diajukan kepada orangtua terhadap sesuatu yang dilihat, dirasa atau didengarnya. Selain itu, anak juga menjadi sangat kritis dan melakukan sesuatu secara repetiti hanya karena rasa ingin tahu terhadap suatu proses kejadian. Ada cara-cara yang bisa Anda lakukan untuk mendukung proses kreatifnya,seperti:
Maksimalkan Rasa Percaya Diri pada Anak
Ajarkan anak
untuk percaya diri dan berani untuk mengekspresikan diri. Anda bisa memberikan
contoh dengan berani tampil di hadapan anak dan berekspresi.
Biarkan Anak Bereksplorasi
Biarkan mereka terus bereksplorasi terhadap hal-hal di sekitarnya. Penuhi rasa ingin tahunya bila ia bertanya kepada Anda. Jika buah hatu adalah kategori anak pasif, rangsangan seperti membuat sesuatu yang kreatif, bercerita, bermain di taman dan kegiatan-kegiatan lain bisa menjadi alternatifnya.
Ajak Anak untuk Berimajinasi
Bermainlah
bersama mereka, dan jadilah sosok teman seusianya. Anda bisa bermain dokter-dokteran
atau masak-masakan. Bermain peran seperti di buku dongeng juga menarik untuk
dilakukan.
Hindari Melarang
Larangan
akan mematikan kreatifitas anak. Daripada melarang, Anda bisa memberikan
sugesti atau saran dengan cara yang lebih halus namun tegas. Ini akan
menghindarkan persepsi galak.
Kegiatan yang Merangsang Keseimbangan Kerja Otak
Di sekolah,
biasanya anak-anak akan lebih cenderung menggunakan otak kiri, sehingga perlu
penyeimbang agaar kinerja otaknya seimbang. Bermain musik atau bernyanyi,
menggambar dan mewarnai, bermain drama atau teater dan kegiatan kreatif lainnya
akan merangsang kinerja otak kanan. Pastikan kegiatan yang diikuti sesuai
dengan keinginan mereka, ya!
Waktu Bermain yang Cukup
Belajar memang penting, namun bermain juga tidak kalah pentingnya. Bermain adalah sarana untuk mempelajari hal lain yang tidak ada di sekolah. Ketika bermain, anak bebas mengekspresikan ide dan gagasannya. Bermain adalah dasar dalam mengembangkan kreativitas anak.
Hindarkan Anak dari Stress
Pastikan bahwa jadwal belajar dan kursus anak tidak menyita seluruh waktunya. Biarkan mereka untuk memiliki waktu bebas untuk bermain. Rutinitas yang terlalu ketat akan menyebabkan kejenuhan dan stress.
Ajak Anak untuk Berpikir
Apakah mereka memiliki solusi terhadap masalah yang mereka hadapi ataukah mereka menemui jalan buntu? Dari hal-hal sederhana, biarkan mereka mencari solusi dan melaksanakan pilihannya sendiri. Orangtua dapat memberikan arahan dan koreksi bila anak melakukan kesalahan, tetapi biarkan mereka yang memegang kendali atas hidupnya.
Hindari Memarahi Anak
Ini bisa jadi koreksi untuk Anda. Anak yang selalu dimarahi atas kesalahanya akan merasa takut untuk mengambil resiko. Tanpa kesalahan, mereka tidak akan pernah belajar mana yang benar.
Bercerita
Metode ini bertujuan untuk memberi pengalaman pelajaran agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik, melalui bercerita anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
“’’Penerapan Bercerita setelah kegiatan Literasi untuk Merangsang Kerja Otak Siswa Mengatasi Learning Loss di SMP Kristen Mbarambanja” ini sudah penulis terapkan pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia bagi semua siswa semester ganjil di tahun 2021/2021.
2. Tempat Pelaksanaan
’’Penerapan Bercerita setelah kegiatan Literasi untuk Merangsang Kerja Otak Siswa Mengatasi Learning Loss” penulis terapkan di SMP Kristen Mbarambanja
C. Hasil yang Dicapai dari Teknik yang Dipilih
Setelah menerapkan pembelajaran teknik bercerita setelah kegiatan literasi membaca 15 menit sebelum masuk banyak perubahan yang terjadi pada peserta didik. Perubahan itu penulis ketahui dari observasi pada aktifitas peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran dan dari hasil angket dan wawancara dengan peserta didik. Perubahan itu antara lain sebagai berikut.
1. Penerapan “’’Penerapan Bercerita setelah kegiatan Literasi untuk Merangsang Kerja Otak Siswa Mengatasi Learning Loss di SMP Kristen Mbarambanja Sangat Sederhana dan Praktis.
Proses pembelajaran di kelas peserta didik memperoleh materi apa saja sesuai dengan perencanaan pembelajaran dalam RPP. Pembelajaran berdasarkan pada kompetensi isi, kompetensi dasar, indikator pencapaian pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan langkah-langkah: a) mengamati (observasi); b) menanya; c) mengumpulkan informasi; d) mengasosiasikan; e) mengkomunikasikan. bahwa pembelajaran dengan metode Talking Stick berhasil mengurangi permasalahan Learning Loss pada PTM terbatas masa pandemi Covid -19 yang mampu mewujudkan tujuan pembelajaran kooperatif, karena saat proses pembelajaran berlangsung siswa mendapatkan keaktifan dalam memperoleh ketrampilan intelektual, sikap, ketrampilan motorik. Model pembelajaran Talking Stick menimbulkan respon positif dalam menimbulkan kembali hubungan antar teman, dapat menanamkan rasa percaya diri, tanggung jawab karena siswa berkesempatan melatih pendapat, berbicara dan kepercayaan diri dan tanggung jawab yang menimbulkan suasana menyenangkan. Hal ini sangat membantu siswa mengurangi masalah Learning Loss pada PTM Terbatas masa Pandemi Covid 19.
E. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanakan
Setiap pemecahan masalah pasti ada kendala yang dihadapi. Demikian juga dalam ’’Penerapan Bercerita setelah kegiatan Literasi untuk Merangsang Kerja Otak Siswa Mengatasi Learning Loss yang ada di SMP Kristen Mbarambanja. Meski demikian kendala tersebut tidak mengurangi semangat penulis untuk terus menerapkannya dalam pembelajaran dan pembimbingan peserta didik. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Secara umum peserta didik kurang tertarik pada mata pelajaran Bahasa indonesia, karena terobsesi dengan anggapan pelajaran bahasa Indonesia pelajaran yang sulit dan membosankan.
b. SMP Kristen Mbarambanja konsentrasi pada program kompetensinumerasi, sehingga dalam pelajaran yang sifatnya lebih banyak ke teoritis kurang begitu tertarik.
c. Konsentrasi peserta didik menurun ketika pembelajaran bahasa Indonesia terjadwal pada jam-jam akhir pembelajaran, karena SMP Kristen Mbarambanja selesai pembelajaran pukul 12.30.
2. Dalam Pembimbingan Peserta Didik tidak tenak mendengarkan temannya
a. Input nilai yang bervariasi.
b. Pembimbing kegiatan Literasi sekolah 15 menit sebelum membaca.
c. Waktu pembimbingan sangat kurang, karena peserta didik sudah menghabiskan waktu dalam pembelajaran dan praktek.
d. Faktor biaya yang dibutuhkan untuk sumber dana terbatas.
F. Faktor Pendukung
1. Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Ruangan kelas sebagai tempat penulisan naskah berita dalam pembelajaran di kelas cukup nyaman, proporsional, dan nyaman.
b. Tersedianya LCD di setiap ruang kelas.
c. Kepala sekolah yang selalu mendukung upaya peningkatan kreatifitas, kualitas, dan inovasi pembelajaran, misalnya mengadakan supervisi kelas hingga pemberian tindak lanjut.
d. Teman-teman guru yang selalu siap diajak berdiskusi tentang pembelajaran demi kemajuan peserta didik.
e. Peserta didik yang memiliki jiwa dan semangat yang tinggi untuk berkembang dan maju.
f. Alam tempat siswa membaca sangat sejuk
G. Alternatif Pengembangan
“penerapan teknik bercerita setelah kegiatan Literasi sebagai tempat untuk mengkomunikasikan hasil karya peserta didik melalui keterampilan. Penulis sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas sekaligus sebagai pembimbing dalam gerakan Lietasi sekolah selalu memberikan bimbingannya dengan semangat tinggi saat dibutuhkan oleh peserta. Terutama dalam pencarian berita, peserta didik harus sudah tertanam dengan kuat semangat inquiri. Dimana peserta didik didik harus melaksanakan tugas mencari bahan bacaan dan mengomonikasikan
Penerapan bercerita setelah kegiatan literasi ini dibutuhkan kemampuan berpikir peserta didik, sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inquiri ini yang dinilai adalah proses menemuka sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Guru harus mampu mengarahkan strategi pembelajaran aktif ini dengan mengkombinasikan dengan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi ruang belajar dan karakteristik materi ajar. Karena model, metode, teknik dan media pembelajaran tidak selalu tepat untuk materi yang berbeda. Selain itu guru diakhr pembelajaran dapat melengkapi juga dengan memberikan penghargaan dan penguatan pada peserta didik di dalam pembelajaran. Bentuk penghargaan dan penguatan dapat dikembangkan guru sesuai dengan karakter peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kreatifitas peserta didik yang dicapai, peningkatan pemahaman terhadap kegiatan bercerita setelah kegiatan literasi merangsang otak anak setelah learning loss Peningkatan tersebut berdampak baik pada peserta didik dalam hasil pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan menggunakan teknik bercerita setelah sekian lama tidak bersekolah dan pembelajaran melalui luring atau guru menemui siswa di rumah.
B. Rekomendasi
1. Bagi guru, hendaknya menerapkan metode inquiri dalam pembelajaran dengan pengembangan pada teknik dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi kelas, karakteristik peserta didik, dan karakteristik materi ajar. Guru harus selalu memberikan penguatan dan penghargaan kepada peserta didik, baik ketika berhasil ataupun gagal dalam menyelesaikan masalah/tugas. Metode inquiri diterapkan pada semua mata pelajaran di luar Bahasa Indonesia.
2. Bagi guru Bahasa Indonesia yang membimbing penulisan majalah, bercerita dan mencari bakat anak bisa menerapkan metode inquiri ini dalam pembimbingan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat dan karakteristik peserta didik.
3. Bagi Kepala Sekolah, hendaknya menyarankan semua guru untuk menerapkan metode inquiri agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas (outdoor learning). Kepala sekolah hendaknya juga memberikan dukungan penuh bagi guru yang malakukan upaya peningkatan kualitas sekolah, baik secara materiil maupun immaterial.
DAFTAR PUSTAKA
Akhlan Husein dan Rahman. 1996. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Depdikbud.
Barung, Kanis, dkk. Dasar- Dasar Penerbitan Majalah Sekolah. Jakarta: 1998. Grasindo,
Gino, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Gulo, 2002. Pembelajaran Inquiri. Bandung : PT Genesindo
Hambalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Putra, Masri Sareb. 2006. Teknik Menulis Berita dan Feature. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Tarigan, Djago dan Akhlan Husen. 1996. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMTP. Jakarta: Depdikbud,
Waluyo, Herman. 2002. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.
Comments